Dokter akan menjelaskan penyakit ini secara detail, membantu Anda untuk memahami proses pengobatan, serta memantau penyakit-penyakit lain yang dapat terjadi pada Anda. Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk memertahankan keseimbangan kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi.
Penderita diabetes tipe 2 dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan dengan seksama. Tetapi Anda tidak perlu merasa kecil hati karena dokter bisa membantu Anda dalam proses pengobatan yang dapat Anda jalani. Jangan ragu untuk minta bantuan pada keluarga atau teman.
Memulai Gaya Hidup yang Sehat
Penanganan awal yang umumnya diterapkan kepada penderita diabetes tipe 2 adalah dengan mengubah gaya hidup. Misalnya pola makan yang sehat, teratur berolahraga, dan menurunkan berat badan bagi yang mengalami kegemukan atau obesitas (indeks berat badan 30 atau lebih).
Langkah awal ini akan sangat efektif untuk penderita diabetes tipe 2 pada tahap dini serta dapat membantu proses pengobatan jika dilakukan dengan disiplin dan cermat.
Obat-obatan untuk Menurunkan Kadar Gula darah
Diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif yang umumnya bisa bertambah parah. Menjaga pola makan dan rutin berolahraga saja mungkin belum cukup untuk mengendalikan kadar gula darah penderita sepenuhnya.
Penderita jenis diabetes ini lama-kelamaan akan membutuhkan obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet dan kadang-kadang dengan kombinasi lebih dari satu jenis tablet. Kemudian diikuti dengan insulin atau obat lain yang diberikan lewat suntikan.
Pemantauan Kadar Gula darah
Menjalani tes HbA1c
Penderita diabetes dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan konsentrasi gula darah pada tiap 2-3 bulan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan tingkat kadar gula darah dalam beberapa bulan terakhir, serta keefektifan pengobatan Anda.
Ketika tubuh sedang memproses gula, gula dalam darah secara otomatis melekatkan diri pada hemoglobin. Makin tinggi kadar gula dalam darah, makin banyak hemoglobin yang terkait dengan gula dan hemoglobin inilah yang disebut HbA1c. Tes HbA1c mengukur jumlah hemoglobin yang mengandung glukosa.
Jika Anda memiliki kadar gula darah yang tinggi selama 2-3 bulan terakhir, hasil tes HbA1c akan menunjukkan angka yang tinggi sebagai indikasinya. Karena itu jenis pengobatan yang Anda jalani mungkin perlu diubah. Nilai rujukan normal untuk tes HbA1c penderita diabetes adalah di bawah 6,5%.
Bagaimana cara memantau kadar gula darah kita sendiri?
Pola makan sehat, berolahraga, dan meminum obat atau menjalani terapi insulin akan membantu Anda untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah. Tetapi penyakit lain dan stres juga dapat berpengaruh. Faktor lain yang mungkin akan berdampak pada kadar gula darah Anda adalah:
Konsumsi minuman keras.
Meminum obat lain.
Perubahan hormon pada siklus menstruasi.
Menjalani pemeriksaan laboratorium tiap 2-6 bulan sekali sangatlah penting bagi penderita diabetes tipe 2. Selain itu, penderita juga dianjurkan untuk memantau kadar gula darah dengan melakukan tes sendiri di rumah.
Pemeriksaan di rumah dapat dilakukan dengan alat tes kadar gula darah berukuran kecil. Alat ini dapat digunakan untuk mendeteksi naik turunnya kadar gula dalam darah.
Kadar gula darah biasanya tidak selalu sama sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh proses pengobatan yang Anda jalani. Maka Anda dianjurkan untuk memeriksanya beberapa kali dalam sehari. Pemantauan rutin akan membantu Anda untuk menjaga keseimbangannya.
Satuan ukuran untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia adalah milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL. Anda sebaiknya memastikan satuannya terlebih dulu saat membeli alat tes gula darah.
Kadar gula darah pada tiap orang berbeda-beda, tapi rujukan normalnya adalah:
72-108 mg/dL sebelum makan.
180 mg/dL dua jam sesudah makan.
Obat-obatan yang Tepat untuk Mengatasi Diabetes Tipe 2
Keseimbangan kadar gula darah pada diabetes terkadang tidak dapat dijaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.
Ada beberapa jenis obat (biasanya dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk diabetes tipe 2. Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda.
Metformin untuk mengurangi kadar gula darah
Metformin bekerja dengan mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke aliran darah dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Ini obat pertama yang sering dianjurkan bagi penderita diabetes tipe 2.
Berbeda dengan obat-obat lain, metformin tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Karena itu obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan.
Tetapi metformin kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping yang ringan, misalnya mual dan diare. Dokter juga tidak akan menganjurkan obat ini untuk penderita diabetes yang mengalami masalah ginjal.
Sulfonilurea untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas
Sulfonilurea berfungsi meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Penderita diabetes yang tidak dapat meminum metformin atau tidak kelebihan berat badan mungkin akan diberikan obat ini. Jika metformin kurang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah Anda, dokter mungkin akan mengkombinasikannya dengan sulfonilurea. Contoh-contoh obat ini adalah:
Glimepiride
Glibenclamide
Glipizide
Gliclazide
Gliquidone
Sulfonilurea akan meningkatkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat mempertinggi risiko hipoglikemia jika salah pemakaiannya. Selain itu, obat ini memiliki efek samping sebagai berikut:
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah
Diare
Glitazone (thiazolidinedione) sebagai pemicu terhadap insulin
Glitazone (misalnya, pioglitazone) biasanya dikombinasikan dengan metformin, sulfonilurea, atau keduanya. Obat ini berfungsi membuat sel-sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin sehingga lebih banyak gula yang dipindahkan dari dalam darah.
Obat ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan pembengkakan pada pergelangan kaki. Anda tidak dianjurkan untuk meminum pioglitazone jika pernah mengalami gagal jantung atau berisiko terkena patah tulang.
Di beberapa negara, risoglitazone yang merupakan salah satu jenis obat glitazone telah dicabut dari pasaran karena terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung seperti serangan jantung dan gagal jantung. Jika mengkonsumsinya, konsultasikanlah potensi efek sampingnya dengan dokter Anda.
Gliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor) sebagai pencegah pemecahan GLP-1
Gliptin atau penghambat DPP-4 mencegah pemecahan hormon GLP-1 (glucagon-like peptide-1). GLP-1 adalah hormon yang berperan dalam produksi insulin saat kadar gula darah tinggi. Dengan demikian, gliptin membantu menaikkan tingkat insulin saat kadar gula naik.
Gliptin (misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, dan vildagliptin) dapat menghambat peningkatan kadar gula darah tinggi tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini tidak menyebabkan kenaikan berat badan dan biasanya diberikan jika penderita tidak bisa meminum sulfonilurea atau glitazone, atau dikombinasikan dengan keduanya.
Agonis GLP-1 sebagai pemicu insulin tanpa risiko hipoglikemia
Exenatide adalah agonis GLP-1 dengan kinerja yang mirip hormon GLP-1 alami. Obat ini diberikan melalui suntikan sebanyak dua kali sehari. Exenatide dapat memicu produksi insulin saat terjadi peningkatan kadar gula darah tanpa risiko hipoglikemia.
Sebagian besar penderita diabetes yang meminum exenatide juga dapat mengalami penurunan berat badan. Obat ini umumnya diberikan kepada penderita diabetes yang meminum metformin serta sulfonilurea dan mengalami obesitas.
Jenis agonis GLP-1 lainnya adalah liraglutide yang disuntikkan sekali dalam sehari. Penelitian membuktikan bahwa obat ini juga dapat menurunkan berat badan. Liraglutide juga umumnya diberikan pada penderita diabetes yang meminum metformin serta sulfonilurea dan mengalami obesitas.
Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat
Acarbose memperlambat pencernaan karbohidrat menjadi gula dalam tubuh. Obat ini mencegah peningkatan kadar gula darah yang terlalu cepat setelah penderita diabetes makan.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping diare dan perut kembung sehingga jarang digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2. Tetapi dokter tetap akan memberikannya jika penderita tidak cocok meminum obat lain.
Nateglinide dan repaglinide untuk melepas insulin ke aliran darah
Kedua obat ini akan merangsang pankreas untuk melepaskan lebih banyak insulin ke aliran darah. Fungsi nateglinide dan repaglinide tidak dapat bertahan lama, tapi efektif saat diminum sebelum makan. Jadi meski jarang digunakan, keduanya dianjurkan jika penderita memiliki jadwal makan pada jam-jam yang tidak biasa.
Semua obat tetap memiliki efek samping, termasuk nateglinide dan repaglinide. Efek samping dari kedua obat ini adalah hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
Terapi Insulin sebagai pendamping obat-obatan yang lainnya
Obat-obatan dalam bentuk tablet bisa menjadi kurang efektif untuk mengobati diabetes sehingga Anda membutuhkan terapi insulin. Terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau bersamaan dengan obat-obatan di atas, tapi tergantung dosis dan cara pemakaiannya. Ada beberapa jenis insulin yang bisa digunakan. Di antaranya:
Insulin kerja cepat yang tidak bertahan lama, tapi bereaksi cepat.
Insulin kerja singkat yang dapat bertahan maksimal delapan jam.
Insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu hari.
Pengobatan untuk penderita diabetes juga mungkin menggunakan kombinasi dari jenis-jenis insulin di atas.
Melakukan suntikan insulin untuk diri sendiri
Pemberian insulin umumnya lewat suntikan karena insulin akan dicerna dalam perut dan tidak bisa masuk ke dalam darah jika diminum dalam bentuk tablet.
Dokter akan menjelaskan kapan Anda membutuhkan pemakaian insulin. Pada tahap awal pemakaian, dokter biasanya akan membantu Anda untuk menyuntikkan insulin. Selanjutnya Anda diajari cara menyuntik dan menyimpan insulin serta membuang jarum dengan aman.
Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menyuntikkan insulin, yaitu lewat jarum dan alat suntik atau pena. Penderita diabetes umumnya membutuhkan 2-4 suntikan dalam sehari. Dokter atau perawat juga akan mengajari cara pemakaiannya pada teman dekat atau keluarga Anda.
Cara mengatasi hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah)
Penderita diabetes tipe 2 umumnya menggunakan insulin atau jenis-jenis tablet tertentu untuk mengendalikan kadar gula darah. Metode pengobatan tersebut memiliki risiko untuk menyebabkan hipoglikemia.
Saat kadar gula darah Anda terlalu rendah, Anda akan mengalami hipoglikemia. Gejala-gejalanya antara lain rasa lemas, gemetaran, dan lapar. Kondisi ini dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis.
Penanganan awal untuk penderita diabetes yang mengalami hipoglikemia adalah dengan mengonsumsi sumber karbohidrat (minuman bergula atau tablet glukosa) yang dapat diserap dengan cepat. Setelah itu penderita boleh mengonsumsi sumber karbohidrat yang dapat bertahan lebih lama seperti sepotong wafer, sepotong roti isi, atau satu buah.
Langkah-langkah di atas umumnya dapat meningkatkan kadar gula darah agar kembali normal. Tetapi proses ini bisa membutuhkan waktu beberapa jam.
Hipoglikemia berat akan mengakibatkan penderita diabetes merasa linglung, mengantuk, bahkan kehilangan kesadaran. Jika mengalami kondisi ini, penderita diabetes harus segera diberi suntikan glukagon (hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat) langsung pada otot atau vena. Dokter dapat mengajarkan cara penyuntikannya pada keluarga atau teman dekat Anda.
More Artikel - http://obatguladarah.info/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar